sosiologi

sosiologi
tokoh

Selasa, 23 Oktober 2012

Ringkasan materi sosiologi kelas XI IPS


SEMESTER 1
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
  1. Memahami perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
1.1  menjelaskan fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan lingkungan.
1.2 mendeskripsikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
1.3  mendeskripsikan proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan dinamika kehidupan sosial.

   A.    Ilmu Tentang Masyarakat Dan Lingkungan
1.      Masyarakat dan lingkungan
Masyarakat adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Lingkungan adalah keadaan alam tempat masyarakat saling berinteraksi. Dan masyarakat memiliki keragaman, seperti keragaman suku, agama dan ada juga keragaman seperti Horizontal dan keragaman vartikal. Keragaman horizontal adalah ketidaksamaan sosial yang bersifat sejajar, tidak adanya perbedaan tinggi-rendah dalam masyarakat. keragaman vartikal adalah ketidaksamaan yang bersifat berjenjang atau perbedaan tinggi-rendah.
2.      Pengertian dan manfaat sosiologi
Istilah sosiologi merupakan gabungan dua kata yaitu “socius” dari bahasa latin yang berarti kawan, dan “logos” dari bahasa yunani yang berarti kawan. Dengan demikian sosiologi berarti berbicara mengenai teman.
Menurut Auguste comte sosiologi merupakan studi sistematis mengenai masyarakat manusia. Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu:
a.       Sosiologi statis, mempelajari hukum-hukum yang menjadi dasar keberadaan masyarakat.
b.      Sosiologi dinamis, mempelajari perubahan masyarakat.
Menurut Selo soemardjan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dapat disimpulkan bahwa sosiologi merupakan studi sistematis  mengenai masyarakat manusia dalam keseluruhannya, baik dalam dimensi statis maupun dinamis.
Empat manfaat sosiologi menurut( Macionis, 1997) yaitu:
1.      Sudut pandang sosioloigi menantang pemahaman-pemahaman yang lazim mengenai diri kita sendiri dan pihak lain.
2.      Sudut pandang sosiologis memampukan kita untuk menilai peluang-peluang dan hambatan-hambatan yang ada dalam kehidupan kita.
3.      Sudut pandang sosiologi akan lebih memampukan kita untuk menjadi partisipan yang aktif dalam kehidupan masyarakat.
4.      Membantu kita untuk menghargai perbedaan umat manusia.
3.      Sosiologi sebagai ilmu tentang masyarakat.
Paradigma diartikan sebagai pandangan mendasar dari ilmuan mengenai apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dari suatu cabang ilmu. Ada tiga paradigma (Ritzar, 2002) yaitu:
1.      Paradigma fakta sosial (tokoh Emile Durkheim)
Fakta sosial adalah kenyataan masyarakat. fakta sosial terdiri atas dua yaitu:
a.       Struktur sosial adalah pola hubungan antarmanusia dan antar kelompok manusia.
b.      Lembaga sosial adalah sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat.
2.      Paradigma definisi sosial( tokoh Max weber)
Paradigma ini menyatakan bahwa pokok persoalan yang seharusnya dipelajari dalam sosiologi adalah tindakan sosial sebagaimana didefenisikan oleh sipelaku.
3.      Paradigma perilaku sosial(tokoh B.F. Skinner)
Perilaku sosial adalah hubungan antara individu dengan objek sosial maupun non-sosial. Fokus sosiologi adalah tingkah laku individu yang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan atau faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.
4.             Teori dalam sosiologi
Dalam sosiologi, ada banyak teori yang berusaha menjelaskan realitas sosial. Namun, umumnya disepakati bahwa ada tiga teori utama yaitu:
a.       Teori fungsional-struktural
b.      Teori konflik
c.       Teori interaksi-simbolik
   B.     Nilai Dan Norma Dalam Masyarakat
1.      Pengertian dan fungsi nilai
Nilai adalah sebuah konsep yang menunjukan pada hal-hal yang dianggap berharga dalam kehidupan. Pengertian nilai menurut para ahli sebagai berikut:
a.       Menurut Anthony Giddens, 1994 nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok tentang apa yang dikehendaki, apa yang layak, dan apa yang baik atau buruk.
b.      Menurut Horton dan Hunt, 1998 nilai adalah gagasan-gagasan tentang apakah suatu tindakan itu penting atau tidak penting.
Ø  Keberadaan nilai –nilai sosial memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat sebagai berikut:
a.     Mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku
b.     Alat untuk menumbuhkan solidaritas di kalangan anggota masyarakat.
c.     Penentu bagi warga masyarakat alam memenuhi peranan sosial.
d.   Sebagai pengawas perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Ø  Klasifikasi nilai sosial menurut Prof. Notonegoro antara lain:
1.        Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani atau benda-benda nyata yang dapat dimanfaatkan sebagai kebutuhan fisik manusia.
2.    Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat melakukan aktivitas atau kegiatan dalam kehidupannya.
3.    Nilai rohani, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan  rohani (spiritual) manusia yang bersifat universal.

2.      Pengertian an fungsi norma
a.       Norma adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat yang memandu perilaku anggota-anggotanya(John J. Macionis, 1997)
b.      Norma adalah aturan atau pedoman yang menyatakan tentang bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi tertentu(Craig Calhoun, 1997)
Ø  Norma memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan bersama warga masyarakat, beberapa fungsi tersebut sebagai berikut:
a.       Mengatur tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang berlaku.
b.      Menciptakan ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
c.       Membantu masyarakat mencapai tujuan bersama masyarakat.
d.       Menjadi dasar untuk memberikan sanksi kepada waraga masyarakat yang melangar norma.
Ø  Macam-macam norma dalam masyarakat
1.       cara( usage)
usage atau cara adalah yang lebih menonjol di dalam hubungan antara individu dalam masyarakat. sesuatu penyimpangan yang tidak akan menyebabkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan contohnya: pada saat seseorang  makan dan mengeluarkan bunyi, maka orang tersebut akan mendapat celaan dari masyarakat lain
2.      Kebiasaan(folkways)
Mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan yang diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Contohnya memberi hormat kepada orang yang lebih tua, jadi akan dianggap sebagai suatu penyimpangan jika ada orang yang tidak menghargai orang yang lebih tua.
3.      Tata kelakuan (mores)
Merupakan kebiasaan yang dianggap sebagai cara berprilaku dan diterima norma-norma pengatur.
4.      Adat istiadat (customs)
Adalah tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. ada sanksi penderitaan bila dilanggar.

   C.    Interaksi Sosial
1.      Pengertian interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antar individu satu dengan individu lainnya. Individu satu dapat mempengaruhi yang lain begitu juga sebaliknya. (definisi secara psikologi sosial). H. Bonner (1975) mengatakan interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.

Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” .Berdasarkan definisi di atas dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.

2.      Faktor-faktor pendorong terjadi interaksi sosial
a.       Faktor dari dalam diri seseorang
1.      Dorongan kodrati sebagai makhluk sosial
2.      Dorongan untuk memenuhi kebutuhan
3.      Dorongan untuk mengembangkan diri dan mempengaruhi orang lain
b.      Faktor dari luar individu
3.      Bentuk-bentuk interaksi sosial
Interkasi merupakan suatu proses yang sifatnya timbal-balik dan mempunyai pengaruh terhadap prilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar. Adapun bentuk-bentuk interaksi diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Proses Asosiatif
     Proses asosiatif merupakan bentuk-bentuk interaksi yang bersifat menyatukan anggota-anggota masayarakat. Proses asosiatif dibedakan menjadi empat (4) bentuk:
a.       Kerja sama (Cooperation)                                                                  
Kerjasama adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan. Beberapa sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan proses utama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
b.      Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa cara mengahancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya. Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses akomodasi yang menunjuk pda suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang-perrorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyrakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan. Dalam pelaksanaannya, akomodasi memiliki beberapa bentuk yaitu koersi, kompromi, arbitasi, mediasi, konsilisasi, toleransi,  stalemate, dan ajudikasi.
c.       Asimilasi
Proses asimilasi di tandai dengan usaha dari orang atau kelompok manusia untuk mengurangi perbedaa-perbedaan yang ada. perberdaan-perbedaan tersebut dapat berupa sikap, tindakan, perasaan, dan budaya. Hasil asimilasi menyebabkan semakin tipisnya batas perbedaan antara dua individu dalam satu kelompok maupun batas-batas perbedan antar kelompok.

d.      Akulturasi
Akulturasi adalah dua kebudayan yang hidup berdampingan secara damai. Hal ini terjadi karena dalam asimilasi terdapat proses penerimaan dan pengalihan unsur-unsur kebudayaan suatu kelompok lain dengan tidak mengilangkan ciri budaya dari masing-masing kelompok. Contoh: pertemuan antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam di Indonesia menghasilkan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu.
2.      Proses Disasosiatif
Proses Disasosiatif artinya cara yang bertentangan dengan sesorang atau kelompok untuk mencapai satu tujuan. Berikut ini adalah bentuk-bentuk proses disasosiatif.
a.       Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu saat masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara enarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi dan tidak pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi, orang perorangan atau individu secara langsung bersaing untuk, misalnya, memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi. Sedangkan persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli disuatu wilayah tertentu.
b.      Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertikaian. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka disembunyikan, kebencian atau keraguan-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau, perasaan tersebut dapat pula berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan, doktrin, atau rencana yang dikemukakan orang-perorangan atau kelompok manusia lain.


SEMESTER 2
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
    1.  menerapkan nilai dan norma dalam            proses pengembangan kepribadian.
1.1   menjelaskan sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian.
1.2   Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial.
1.3  Menerapkan pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat.

   D.    Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian
1.    Konsep Dasar Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu kegiatan penting yang akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seorang individu. Proses sosialisasi merupakan suatu proses sesorang mempelajari cara hidup masyarakat di sekitarnya, dan kemudian menjadikan cara hidup tersebut sebagai bagian dari kepribadiannya. Beberapa definisi tentang sosialisasi dikemukakn oleh ahli :
a.          Kingsley Davis
Sosialisasi merupakan proses pembentukan dari individu menjadi sosial. Pembentukan ini untuk menyiapkan suatu generasi penerus eksisitensi masyarakat, eksisitensi kebudayaan, membentuk pribadi.
Sosialisasi merupakan sebuah proses seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.



2.    Agen-Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi merupakan para pihak yang melakukan atau memberikan sosialisasi. Agen sosialisasi ini memberikan pesan yang tidak menutup kemungkinan memiliki pesan yang berbeda dengan agen-agen sosilalisasi lainnya. Misalkan dalam lingkungan sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak merokok, meminum miras, menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), dan berperilaku tercela lainya, namun agen sosialiasi lain seperti teman-teman sebayanya malah member bimbingan untuk melakukan hal-hal tercela itu.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan tidak bertentangan atau layak satu sama lain. Pada masyarakat  perkotaan, mereka lebih memilih agen sosialisasi yang berada diluar masyarakat sekitar, seperti Pendidikan formal dan nonforma, lingkungan kerja, media massa, teman yang mungkin diperoleh dari lingkungan Pendidikan atau lingkungan kerja.
Beberapa agen sosialisasi secara umum di masyarakat yang juga berlaku dalam masyarakat perkotaan meliputi :
a.         Keluarga (kinship)
Agen sosialisasi yang pertama adalah keluarga inti (nuclear family) meliputi ayah, ibu, dan anak-anaknya yang tinggal bersama-sama dalam sutu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan diperluas menjadi (extended family), agen sosialisasinya menjadi lebih luas, yaitu dalam satu rumah dapat terdiri atas beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya, sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat biologis seorang anak.
b.         Teman pergaulan
Teman pergaulan/teman bermain, pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu berpergian dari rumahnya. Pada awalnya, teman bermain berarti sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu. Sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Dalam masyarakat perkotaan pergaulan mulai didapat ketika seseorang berada di lingkungan formal seperti Pendidikan di sekolah dan mungkin di lingkungan kerja, pergaulan dengan tetangga cenderung lemah, namun tidak menutup kemungkinan ada.
c.          Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan formal seseorang itu belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity). Proses sosialisasi semacam ini di masyarakat perkotaan dianggap sebagai sesuatu yang penting, bukan hanya menjadi bagian dari membersi sosialisasi lanjut bagi seseorang, namun sosialisasi dengan Pendidikan formal ini menjadi sebuah kewajiban yang harus dipenuhi untuk menjadi seseorang yang dapat bersaing dalam lingkungan dalam masyarakat. Pendidikan formal bagi kebanyakan masyarakat menengah keatas merupakan hal yang memang harus dipenuhi, namun di perkotaan masyarakat bawah yang cenderung berada di lingkungan kumuh tida terlalu mementingkan pendidikan, karena memang kesadaran terhadap pendidikan rendah dan masalah biaya menjadi kendala utama.
d.         Media massa
Yang termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (radio, televise, video, film). Besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Media yang memainkan peranan paling banyak adalah media elektronik dan cetak, bisa dilihat dari banyaknya masyarakat perkotaan yang memiliki beberapa perangkat media yang lebih dari satu. Kebanyakan dari orang-orang menengah keatas di kota besar seperti Jakarta alat komunikasi teknologi seperti Handphone, gadget, internet dan sebagainya menjadi sarana untuk mencari informasi.
e.          Agen-agen lain
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi pada masyarakat perkotaan juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, lembaga ekonomi, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Kepribadian seseorang berkembang melalui interaksi  di antara banyak faktor, antara lain sebagai berikut:
a.       Warisan biologis
Warisan biologis adalah semua hal yang diterima oleh seseorang melalui gen kedua orang tuanya. Setiap manusia sehat dan normal memiliki kesamaan biologis tertentu. Namun warisan biologis setiap orang juga ada yang unik, tidak ada satu orangpun yang memiliki sifat warisan biologis yang benar-benar sama dengan orang lain.
b.      Lingkungan fisik
Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang. Lingkungan alam hanya memberi serangkaian pembatasan bagi kebudayaan yang mungkin berkembang.
c.       Kebudayaan
Setiap masyarakat mengembangkan beberapa macam kepribadian dasar yang sesuai dengan kebudayaan. Aspek kebudayaan yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian adalah norma kebudayaan.
d.      Kehidupan kelompok
Kelompok adalah wahana dimana seseorang mengalami perkembangan kepribadian, seseorang menyadari kebiasaan, memahami larangan(tabu), dan menerima hadiah dan hukuman melalui kelompok.  Kelompoklah yang merupakan sarana langsung untuk menyalurkan kebudayaan kepada seseorang.
e.       Pengalaman khas seseorang
Pengalam hidup seseorang adalah unik dan tidak seorang pun yang menyamainya. Pengalaman-pengalaman seseorang tidak ditambahkan melainkan dipadukan. Keberhasilan atau kegagalan hari ini memengaruhi seseorang dalam bentuk seperti kemenangan atau kekalahan dimasa lalu.

E.     Perilaku Meyimpang Dan Sikap Antisosial
Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para pakar sosiologi mengenai prilaku menyimpang, antara lain sebagai berikut:
·         Soerjono soekanto
Perilaku menyimpang adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
·         James W. Van der Zeden
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
  Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, dapat dikatakan bahwa hakikat dari penyimpangan adalah perilaku seseorang sekelompok orang yang dianggap melanggar standar perilaku atau norma-norma yang berlaku dalam sebuah kelompok/ masyarakat.
1.      Jenis-jenis perilaku menyimpang
a.       Perilaku menyimpang berdasarkan jenisnya
·         Penyimpangan primer( primary deviation)
Merupakan penyimpangan yang pertama kali dilakukan, perilaku ini bersifat sementara, tidak dilakukan secara berulang. Contoh seseorang yang karena sesuatu hal tidak ikut serta dalam siskamling bersama.
·         Penyimpangan sekunder(secondary deviation)
merupakan pengulangan dari perilaku sebelumnya. Jadi perilaku menyimpang itu telah berulang-ulang dilakukan seseorang. Contoh seseorang yang berulang-ulang mencuri. Masyarakat umumnya tidak bisa menerima secara sosial mereka yang melakukan perilaku menyimpang sekunder.
b.      Perilaku menyimpang berdasarkan efek/dampak
·         Perilaku menyimpang positif
Perilaku menyimpang yang terjadi memiliki dampak positif. Biasanya penyimpangan ini merupakan sebuah inovasi yang memberikan perbaikan mutu kehidupan masyarakat. contohnya emansipasi wanita oleh R.A. Kartini
·         Perilaku menyimpang negatif
Perilaku menyimpang yang memiliki dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat. contohnya penggunaan narkoba.
c.       Perilaku menyimpang berdasarkan bentuknya
·         Perilaku menyimpang yang bukan merupakan kejahatan
Contoh orang tua yang masih suka main kelereng.
·         Perilaku menyimpang yang merupakan kejahatan
Contoh yang melangar nilai dan norma yang dikenakan sanksi pidana seperti pencuri, penyiksaan.
·         Kenakalan remaja
Adalah perilaku menyimpang yangdilakukan oleh kaum pelajar contoh tawuran, mengunakan obat-obatan terlarang.
2.      Berbagai teori tentang perilaku menyimpang
a.       Teori biologis (caesare lombroso)
Lombroso menyatakan, bahwa pelaku kejahatan umumnya memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda bila dibandingkan dengan orang kebanyakan. Lombroso mengatakan bahwa pelaku kejahatan umumnya memiliki ciri fisik raut muka murung, rahang dan tulang pipih menonjol, dan daun telinga menonjol keluar.
b.      Teori labeling
Bagi Erving Goffman, perilaku menyimpang terjadi karena adanya stigma, stigma adalah penamaan yang sangat negatif kepada seseorang atau kelompok sehinga mampu mengubah secara radikal konsep diri dan identitas sosial mereka.
c.       Teori sosialisasi
Menurut Albert Bandura dan richard H. Walters, anak-anak belajar perilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang memiliki perilaku menyimpang. Khususnya mereka mengamati dan meniru orang yang dekat dengannya.
d.      Teori konflik
Menurut teori ini perilaku menyimpang merupakan akibat dari ketidak samaan dalam masyarakat. teori ini menekankan bahwa seseorang atau perbuatan yang disebut perilaku menyimpang tergantung pada kekuasaan relatif dari kelompok masyarakat.
3.      Lembaga pengendalian sosial
Menurut Joseph S. Roucek, Lembaga pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.
a.       Cara pengendalian sosial
·      Cara persuasif
Cara persuasif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Contoh seorang guru BP menegur dan menasihati seorang siswa yang tertangkap basah merokok disekolah.
·      Cara koersif
Cara koersif pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya memaksa warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
b.      Sifat pengendalian sosial
·      Upaya preventif
Upaya preventif adalah berbagai upaya pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan terhadap kedamaian dan ketertiban masyarakat. contoh  iklan layanan masyarakat yang berisi ajakan untuk menciptakan pemilu yang damai.
·      Upaya represif
Upaya represif adalah berbagai upaya pengendalian sosial yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian dan ketertiban masyarakat yang pernah ternganggu. Contoh penjatuhan pidana penjara kepada pelaku korupsi.
c.       Jenis-jenis lembaga pengendalian sosial
·      Teguran
Teguran adalah peringatan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain. Tegurang bisa dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Teguran bisa dilakukan secara lisan atau tertulis.
·      Hukuman atau sanksi
Hukuman atau sanksi adalah perlakuan tertentu yang sifatnya menimbulkan penderitaan, yang diberikan kepada pihak pelaku menyimpang.  Hukuman diberikan sebanding dengan kualitas penyimpangan yang dilakukan.
·      Pendidikan
Pendidikan merupakan pengendalian sosial yang sangat penting. Karena melalui pendidikan seseorang menjadi tahu, memahami. Dan bersediah mengikuti segala norma yang berlaku dalam masyarakat.
·      Agama
Agama memberikan pedoman hidup. Baik dalam berhubungan dengan tuhan, sesama dan dengan alam
d.      Lembaga  sosial pelaksana pengendalian sosial
·      Kepolisian
Tugas utama polisi adalah sebagai berikut:
1.      Sebagai penegak hukum, serta meningkatkan tertib hukum
2.      Sebagai pengayom, memberikan pelindungan dan pelayanan kepada masyarakat.
3.      Membimbing masyarakat demi terciptannya kondisi yang menunjukan terselengaranya usaha dan kegiatan mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
·      Peradilan
Lembaga peradilan berfungsi memberikan keputusan hukum kepada warga masyarakat yang melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum.
·      Adat-istiadat
Adat istiadat adalah lembaga sosial yang ada di masyarakat yang masih memengang teguh tradisi, warga masyarakat yang melangar adat-istiadat akan mendapatkan hukuman atau sanksi.
·      Tokoh masyarakat
Tokoh masyarakata adalah individu-individu yang dianggap memiliki pengaruh atau wibawa tertentu oleh masyarakat lainnya. 

 F.     Sosiologi Dan Kehidupan Bermasyarkat


1.    Sosiologi dan masalah-masalah sosial
a.       Masalah-masalah sosial
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok dari warga kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial(Gillin dan Gillin, dalam soekanto, 2002)
Fenomena sosial disebut sebagai masalah sosial karena hal-hal berikut:
·         Masyarakat menganggap bahwa satu gejala sosial merupakan masalah sosial.
·         Banyak warga mayarakat yang menaruh perhatian terhadap fenomena sosial tersebut.
Di dalam sosiologi dikenal dengan istilah masalah sosial manifes dan masalah sosial laten. Masalah sosial manifes adalah maslah sosial yang nyata-nyata diakui oleh masyarakat sebagai masalah sosial. Sedangkan masalah sosial laten adalah masalah sosial yang tidak diakui sebagai masalah sosial oleh masyarakat.
b.      Manfaat sosiologi
Sosiologi atau perspektif sosiologi bermanfaat untuk memahami dan mencari solusi atas masalah sosial. Contohnya maslah kemiskinan, menurut prespektif sosiologi  masalah kemiskinan bisa terjadi dapat ditinjau dari beberapa teori sebagai berikut:
·         Teori fungsional-struktural, menurut teori fungsional struktural ada dua sebab terjadinya kemiskinan. Pertama, seseorang menjadi miskin karena ia gagal menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Ia dipandang tidak menjalankan fungsinya secara baik, yaitu tidak bekerja optimal. Dengan kata lain seseorang miskin karena ia malas bekerja. Dan yang kedua seseorang miskin karena nilai-nilai kehidupan yang dianutnya tidak mendukungnya untuk menjadi pekerja keras, dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena kesalah orang itu sendiri.
·         Teori konflik  sosial, seseorang itu miskin bukan karena ia tidak bisa menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Juga bukan kareana ia tidak memiliki nilai-nilai yang mendukung sebagai seseorang  pekerja keras. Melainkan, seseorang menjadi miskin karena struktur sosial yang ada tidak adil. Jadi seseorang miskin karena struktur sosial yang mengondisikan demikian.
2.      Sosiologi dan pembangunan masyarakat.
a.       Pembangunan masyarakat adalah industrialisasi, yang merupakan proses dinamis dan inovatif yang bersumber dari alokasi informasi teknologi baru dan modernisasi berkelanjutan yang terjadi setelah adanya industrialisasi (David E. Apter).
b.      Suatu proses malalui usaha atau prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya(PBB).
Dari berbagai defenisi yang ada, dapat diketahui bahwa inti dari pembangunan adalah proses perubahan masyarakat. perubahan masyarakat bisa bergerak ke arah yang kurang baik(negatif) bisa pula merupakan perubahan ke arah lebih baik (positif).
3.      Peran sosiologi dalam pembangunan
Sosiologi  berperan sebagai menyediakan “peta”untum memahami proses pembangunan. “peta” tersebut adalah berbagai pendangan teoritis mengenai pembanguna, beberapa teoritis itu meliputi (Budiman 2000)
a.       Teori modernisasi
Menurut teori modernisasi masalah pembangunan terjadi akibat adanya faktor-faktor internal dalam masyarakat. karena itu cara melakukan pembanguan adalah bagaimana menumbuh-kembangkan faktor-faktor internal.
b.      Teori ketergantungan
Menurut teori ketergantunga, hambatan pembanguna bukan berasal dari faktor-faktor internal, sebagaimana pendapat teori modernisasi. Melainkan, terjadinya  akibat adanya faktor-faktor eksternal masyarakat. faktor eksternal itu terutama adalah pembagian kerja internasional yang tidak adil.
c.       Teori pascaketergantungan
Teori ini merupakan respons/ kritik terhadap teori ketergantungan.  Menurut teori ini, proses pembangunan di berbagai negara dunia tidak bisa dianalisis secara sendiri-sendiri malainkan harus dilihat dalam keseluruhannya sebagai sebuah totalitas.