SEMESTER
1
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1. Memahami
perilaku keteraturan hidup sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat
|
1.1 menjelaskan
fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji hubungan masyarakat dan
lingkungan.
1.2 mendeskripsikan
nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
1.3 mendeskripsikan
proses interaksi sosial sebagai dasar pengembangan pola keteraturan dan
dinamika kehidupan sosial.
|
A.
Ilmu
Tentang Masyarakat Dan Lingkungan
1. Masyarakat
dan lingkungan
Masyarakat adalah
sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta
lembaga yang khas. Lingkungan adalah keadaan alam tempat masyarakat saling
berinteraksi. Dan masyarakat memiliki keragaman, seperti keragaman suku, agama
dan ada juga keragaman seperti Horizontal dan keragaman vartikal. Keragaman
horizontal adalah ketidaksamaan sosial yang bersifat sejajar, tidak adanya
perbedaan tinggi-rendah dalam masyarakat. keragaman vartikal adalah
ketidaksamaan yang bersifat berjenjang atau perbedaan tinggi-rendah.
2. Pengertian
dan manfaat sosiologi
Istilah sosiologi
merupakan gabungan dua kata yaitu “socius”
dari bahasa latin yang berarti kawan, dan “logos”
dari bahasa yunani yang berarti kawan. Dengan demikian sosiologi berarti
berbicara mengenai teman.
Menurut Auguste comte sosiologi merupakan studi
sistematis mengenai masyarakat manusia. Comte membagi sosiologi menjadi dua
bagian yaitu:
a. Sosiologi
statis, mempelajari hukum-hukum yang menjadi dasar keberadaan masyarakat.
b. Sosiologi
dinamis, mempelajari perubahan masyarakat.
Menurut
Selo soemardjan sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari struktur dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial.
Dapat
disimpulkan bahwa sosiologi merupakan studi sistematis mengenai masyarakat manusia dalam
keseluruhannya, baik dalam dimensi statis maupun dinamis.
Empat
manfaat sosiologi menurut( Macionis, 1997) yaitu:
1. Sudut
pandang sosioloigi menantang pemahaman-pemahaman yang lazim mengenai diri kita
sendiri dan pihak lain.
2. Sudut
pandang sosiologis memampukan kita untuk menilai peluang-peluang dan
hambatan-hambatan yang ada dalam kehidupan kita.
3. Sudut
pandang sosiologi akan lebih memampukan kita untuk menjadi partisipan yang
aktif dalam kehidupan masyarakat.
4. Membantu
kita untuk menghargai perbedaan umat manusia.
3. Sosiologi
sebagai ilmu tentang masyarakat.
Paradigma diartikan
sebagai pandangan mendasar dari ilmuan mengenai apa yang menjadi pokok
persoalan yang semestinya dipelajari dari suatu cabang ilmu. Ada tiga paradigma
(Ritzar, 2002) yaitu:
1. Paradigma
fakta sosial (tokoh Emile Durkheim)
Fakta sosial adalah kenyataan
masyarakat. fakta sosial terdiri atas dua yaitu:
a. Struktur
sosial adalah pola hubungan antarmanusia dan antar kelompok manusia.
b. Lembaga
sosial adalah sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat.
2. Paradigma
definisi sosial( tokoh Max weber)
Paradigma ini
menyatakan bahwa pokok persoalan yang seharusnya dipelajari dalam sosiologi
adalah tindakan sosial sebagaimana didefenisikan oleh sipelaku.
3. Paradigma
perilaku sosial(tokoh B.F. Skinner)
Perilaku sosial adalah
hubungan antara individu dengan objek sosial maupun non-sosial. Fokus sosiologi
adalah tingkah laku individu yang mengakibatkan terjadinya perubahan lingkungan
atau faktor-faktor lingkungan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku.
4.
Teori dalam sosiologi
Dalam sosiologi, ada
banyak teori yang berusaha menjelaskan realitas sosial. Namun, umumnya
disepakati bahwa ada tiga teori utama yaitu:
a. Teori
fungsional-struktural
b. Teori
konflik
c. Teori
interaksi-simbolik
B.
Nilai
Dan Norma Dalam Masyarakat
1. Pengertian
dan fungsi nilai
Nilai adalah sebuah
konsep yang menunjukan pada hal-hal yang dianggap berharga dalam kehidupan.
Pengertian nilai menurut para ahli sebagai berikut:
a. Menurut
Anthony Giddens, 1994 nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki oleh seseorang
atau kelompok tentang apa yang dikehendaki, apa yang layak, dan apa yang baik
atau buruk.
b. Menurut
Horton dan Hunt, 1998 nilai adalah gagasan-gagasan tentang apakah suatu
tindakan itu penting atau tidak penting.
Ø Keberadaan
nilai –nilai sosial memiliki fungsi tertentu dalam masyarakat sebagai berikut:
a. Mengarahkan
masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku
b. Alat
untuk menumbuhkan solidaritas di kalangan anggota masyarakat.
c. Penentu
bagi warga masyarakat alam memenuhi peranan sosial.
d. Sebagai
pengawas perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar
orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.
Ø Klasifikasi
nilai sosial menurut Prof. Notonegoro antara lain:
1.
Nilai material, yaitu
segala sesuatu yang berguna bagi jasmani atau benda-benda nyata yang dapat
dimanfaatkan sebagai kebutuhan fisik manusia.
2. Nilai
vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia agar dapat melakukan
aktivitas atau kegiatan dalam kehidupannya.
3. Nilai
rohani, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi pemenuhan kebutuhan rohani (spiritual) manusia yang bersifat
universal.
2. Pengertian
an fungsi norma
a. Norma
adalah aturan-aturan dan harapan-harapan masyarakat yang memandu perilaku
anggota-anggotanya(John J. Macionis, 1997)
b. Norma
adalah aturan atau pedoman yang menyatakan tentang bagaimana seseorang
seharusnya bertindak dalam situasi tertentu(Craig Calhoun, 1997)
Ø Norma
memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan bersama warga masyarakat, beberapa
fungsi tersebut sebagai berikut:
a. Mengatur
tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan nilai yang berlaku.
b. Menciptakan
ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
c. Membantu
masyarakat mencapai tujuan bersama masyarakat.
d. Menjadi dasar untuk memberikan sanksi kepada
waraga masyarakat yang melangar norma.
Ø Macam-macam
norma dalam masyarakat
1. cara( usage)
usage atau cara adalah
yang lebih menonjol di dalam hubungan antara individu dalam masyarakat. sesuatu
penyimpangan yang tidak akan menyebabkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya
sekedar celaan contohnya: pada saat seseorang
makan dan mengeluarkan bunyi, maka orang tersebut akan mendapat celaan
dari masyarakat lain
2. Kebiasaan(folkways)
Mempunyai kekuatan
mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan yang diartikan sebagai
perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama merupakan bukti bahwa orang
banyak menyukai perbuatan tersebut. Contohnya memberi hormat kepada orang yang
lebih tua, jadi akan dianggap sebagai suatu penyimpangan jika ada orang yang
tidak menghargai orang yang lebih tua.
3. Tata
kelakuan (mores)
Merupakan kebiasaan
yang dianggap sebagai cara berprilaku dan diterima norma-norma pengatur.
4. Adat
istiadat (customs)
Adalah tata kelakuan
yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat. ada
sanksi penderitaan bila dilanggar.
C.
Interaksi
Sosial
1. Pengertian
interaksi sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antar individu satu
dengan individu lainnya. Individu satu dapat mempengaruhi yang lain begitu juga
sebaliknya. (definisi secara psikologi sosial). H. Bonner
(1975) mengatakan interaksi adalah hubungan antara dua atau lebih individu
manusia dan perilaku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki
perilaku individu lain atau sebaliknya.
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok” .Berdasarkan definisi di atas dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.
2. Faktor-faktor
pendorong terjadi interaksi sosial
a. Faktor
dari dalam diri seseorang
1. Dorongan
kodrati sebagai makhluk sosial
2. Dorongan
untuk memenuhi kebutuhan
3. Dorongan
untuk mengembangkan diri dan mempengaruhi orang lain
b. Faktor
dari luar individu
3. Bentuk-bentuk
interaksi sosial
Interkasi
merupakan suatu proses yang sifatnya timbal-balik dan mempunyai pengaruh
terhadap prilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung,
melalui berita yang didengar atau melalui surat kabar. Adapun bentuk-bentuk
interaksi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Proses
Asosiatif
Proses asosiatif merupakan bentuk-bentuk interaksi yang bersifat
menyatukan anggota-anggota masayarakat. Proses asosiatif dibedakan menjadi
empat (4) bentuk:
a. Kerja
sama (Cooperation)
Kerjasama adalah suatu
usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan. Beberapa
sosiolog menganggap bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang
pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja samalah yang merupakan
proses utama. Kerja sama
timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan
yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan
pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya
organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerjasama yang berguna.
b. Akomodasi
Akomodasi sebenarnya
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa cara mengahancurkan
pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiaanya. Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu
untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses
akomodasi yang menunjuk pda suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan
dalam interaksi antara orang-perrorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam
kaitannya dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam
masyrakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kestabilan.
Dalam pelaksanaannya, akomodasi memiliki beberapa bentuk yaitu
koersi, kompromi, arbitasi, mediasi, konsilisasi, toleransi, stalemate, dan ajudikasi.
c. Asimilasi
Proses asimilasi di
tandai dengan usaha dari orang atau kelompok manusia untuk mengurangi
perbedaa-perbedaan yang ada. perberdaan-perbedaan tersebut dapat berupa sikap,
tindakan, perasaan, dan budaya. Hasil asimilasi menyebabkan semakin tipisnya
batas perbedaan antara dua individu dalam satu kelompok maupun batas-batas
perbedan antar kelompok.
d. Akulturasi
Akulturasi adalah dua
kebudayan yang hidup berdampingan secara damai. Hal ini terjadi karena dalam
asimilasi terdapat proses penerimaan dan pengalihan unsur-unsur kebudayaan
suatu kelompok lain dengan tidak mengilangkan ciri budaya dari masing-masing
kelompok. Contoh: pertemuan antara kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam di Indonesia
menghasilkan kebudayaan Islam yang bercorak Hindu.
2. Proses
Disasosiatif
Proses
Disasosiatif artinya cara yang bertentangan dengan sesorang atau kelompok untuk mencapai satu tujuan.
Berikut ini adalah bentuk-bentuk proses disasosiatif.
a. Persaingan
Persaingan atau competition
dapat diartikan sebagai suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui
bidang-bidang kehidupan yang pada suatu saat masa tertentu menjadi pusat
perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara enarik
perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa
mempergunakan ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni yang bersifat pribadi dan
tidak pribadi. Persaingan yang bersifat pribadi, orang perorangan atau individu
secara langsung bersaing untuk, misalnya, memperoleh kedudukan tertentu di
dalam suatu organisasi. Sedangkan persaingan yang tidak bersifat pribadi, yang
langsung bersaing adalah kelompok. Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua
perusahaan besar yang bersaing untuk mendapatkan monopoli disuatu wilayah
tertentu.
b. Kontravensi (contravention)
Kontravensi merupakan
bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertikaian. Kontravensi ditandai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau
suatu rencana dan perasaan tidak suka disembunyikan, kebencian atau
keraguan-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau, perasaan tersebut dapat
pula berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan, doktrin, atau
rencana yang dikemukakan orang-perorangan atau kelompok manusia lain.
SEMESTER
2
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
1. menerapkan
nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian.
|
1.1 menjelaskan
sosialisasi sebagai proses dalam pembentukan kepribadian.
1.2 Mendeskripsikan terjadinya perilaku menyimpang dan sikap-sikap anti sosial.
1.3 Menerapkan
pengetahuan sosiologi dalam kehidupan bermasyarakat.
|
D.
Sosialisasi
Dan Pembentukan Kepribadian
1.
Konsep Dasar Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu kegiatan
penting yang akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seorang
individu. Proses sosialisasi merupakan suatu proses sesorang mempelajari cara
hidup masyarakat di sekitarnya, dan kemudian menjadikan cara hidup tersebut
sebagai bagian dari kepribadiannya. Beberapa definisi tentang sosialisasi dikemukakn
oleh ahli :
a.
Kingsley Davis
Sosialisasi merupakan proses
pembentukan dari individu menjadi sosial. Pembentukan ini untuk menyiapkan
suatu generasi penerus eksisitensi masyarakat, eksisitensi kebudayaan,
membentuk pribadi.
Sosialisasi
merupakan sebuah proses
seumur hidup bagaimana seorang individu mempelajari kebiasaan-kebiasaan yang
meliputi cara-cara hidup, nilai-nilai, dan norma-norma social yang terdapat
dalam masyarakat agar dapat diterima oleh masyarakatnya.
2.
Agen-Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi merupakan para pihak yang melakukan atau
memberikan sosialisasi. Agen sosialisasi ini memberikan pesan yang tidak
menutup kemungkinan memiliki pesan yang berbeda dengan agen-agen sosilalisasi
lainnya. Misalkan dalam lingkungan sekolah anak-anak diajarkan untuk tidak
merokok, meminum miras, menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba), dan
berperilaku tercela lainya, namun agen sosialiasi lain seperti teman-teman
sebayanya malah member bimbingan untuk melakukan hal-hal tercela itu.
Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan
yang disampaikan tidak bertentangan atau layak satu sama lain. Pada
masyarakat perkotaan, mereka lebih memilih agen sosialisasi yang berada diluar
masyarakat sekitar, seperti Pendidikan formal dan nonforma, lingkungan kerja,
media massa, teman yang mungkin diperoleh dari lingkungan Pendidikan atau
lingkungan kerja.
Beberapa agen sosialisasi secara umum di masyarakat yang juga
berlaku dalam masyarakat perkotaan meliputi :
a.
Keluarga (kinship)
Agen
sosialisasi yang pertama adalah keluarga
inti (nuclear family) meliputi ayah, ibu, dan anak-anaknya yang
tinggal bersama-sama dalam sutu rumah. Sedangkan pada masyarakat yang menganut
sistem kekerabatan diperluas menjadi (extended family), agen
sosialisasinya menjadi lebih luas, yaitu dalam satu rumah dapat terdiri atas
beberapa keluarga yang meliputi kakek, nenek, paman, dan bibi di samping
anggota keluarga inti. Pada masyarakat perkotaan yang telah padat penduduknya,
sosialisasi dilakukan oleh orang-orang yang berada diluar anggota kerabat
biologis seorang anak.
b.
Teman pergaulan
Teman
pergaulan/teman bermain, pertama kali didapatkan manusia ketika ia mampu
berpergian dari rumahnya. Pada awalnya, teman bermain berarti sebagai kelompok
yang bersifat rekreatif, namun dapat pula memberikan pengaruh dalam proses
sosialisasi setelah keluarga. Puncak pengaruh teman bermain adalah pada masa
remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian
seorang individu. Sosialisasi dalam kelompok bermain dilakukan dengan cara
mempelajari pola interaksi dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Dalam
masyarakat perkotaan pergaulan mulai didapat ketika seseorang berada di
lingkungan formal seperti Pendidikan di sekolah dan mungkin di lingkungan
kerja, pergaulan dengan tetangga cenderung lemah, namun tidak menutup
kemungkinan ada.
c.
Lembaga pendidikan formal (sekolah)
Menurut Dreeben,
dalam lembaga pendidikan formal seseorang itu belajar membaca, menulis, dan
berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme, dan kekhasan (specificity).
Proses sosialisasi semacam ini di masyarakat perkotaan dianggap sebagai sesuatu
yang penting, bukan hanya menjadi bagian dari membersi sosialisasi lanjut bagi
seseorang, namun sosialisasi dengan Pendidikan formal ini menjadi sebuah
kewajiban yang harus dipenuhi untuk menjadi seseorang yang dapat bersaing dalam
lingkungan dalam masyarakat. Pendidikan formal bagi kebanyakan masyarakat
menengah keatas merupakan hal yang memang harus dipenuhi, namun di perkotaan
masyarakat bawah yang cenderung berada di lingkungan kumuh tida terlalu
mementingkan pendidikan, karena memang kesadaran terhadap pendidikan rendah dan
masalah biaya menjadi kendala utama.
d.
Media massa
Yang
termasuk kelompok media massa di sini adalah media cetak (surat kabar, majalah,
tabloid), media elektronik (radio, televise, video, film). Besarnya pengaruh
media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Media yang memainkan peranan paling
banyak adalah media elektronik dan cetak, bisa dilihat dari banyaknya
masyarakat perkotaan yang memiliki beberapa perangkat media yang lebih dari
satu. Kebanyakan dari orang-orang menengah keatas di kota besar seperti Jakarta
alat komunikasi teknologi seperti Handphone, gadget, internet dan sebagainya
menjadi sarana untuk mencari informasi.
e.
Agen-agen lain
Selain
keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi pada
masyarakat perkotaan juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, lembaga
ekonomi, organisasi rekreasional, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan.
Semuanya membantu seseorang membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan
membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas
dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
3. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepribadian
Kepribadian
seseorang berkembang melalui interaksi
di antara banyak faktor, antara lain sebagai berikut:
a. Warisan
biologis
Warisan
biologis adalah semua hal yang diterima oleh seseorang melalui gen kedua orang
tuanya. Setiap manusia sehat dan normal memiliki kesamaan biologis tertentu.
Namun warisan biologis setiap orang juga ada yang unik, tidak ada satu orangpun
yang memiliki sifat warisan biologis yang benar-benar sama dengan orang lain.
b. Lingkungan
fisik
Lingkungan
fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang. Lingkungan alam
hanya memberi serangkaian pembatasan bagi kebudayaan yang mungkin berkembang.
c. Kebudayaan
Setiap
masyarakat mengembangkan beberapa macam kepribadian dasar yang sesuai dengan
kebudayaan. Aspek kebudayaan yang berpengaruh pada perkembangan kepribadian
adalah norma kebudayaan.
d. Kehidupan
kelompok
Kelompok
adalah wahana dimana seseorang mengalami perkembangan kepribadian, seseorang
menyadari kebiasaan, memahami larangan(tabu), dan menerima hadiah dan hukuman melalui
kelompok. Kelompoklah yang merupakan
sarana langsung untuk menyalurkan kebudayaan kepada seseorang.
e. Pengalaman
khas seseorang
Pengalam
hidup seseorang adalah unik dan tidak seorang pun yang menyamainya.
Pengalaman-pengalaman seseorang tidak ditambahkan melainkan dipadukan.
Keberhasilan atau kegagalan hari ini memengaruhi seseorang dalam bentuk seperti
kemenangan atau kekalahan dimasa lalu.
E.
Perilaku
Meyimpang Dan Sikap Antisosial
Ada beberapa defenisi
yang dikemukakan para pakar sosiologi mengenai prilaku menyimpang, antara lain
sebagai berikut:
·
Soerjono soekanto
Perilaku menyimpang
adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
·
James W. Van der Zeden
Perilaku menyimpang
adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi.
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, dapat
dikatakan bahwa hakikat dari penyimpangan adalah perilaku seseorang sekelompok
orang yang dianggap melanggar standar perilaku atau norma-norma yang berlaku
dalam sebuah kelompok/ masyarakat.
1. Jenis-jenis
perilaku menyimpang
a. Perilaku
menyimpang berdasarkan jenisnya
·
Penyimpangan primer(
primary deviation)
Merupakan penyimpangan
yang pertama kali dilakukan, perilaku ini bersifat sementara, tidak dilakukan
secara berulang. Contoh seseorang yang karena sesuatu hal tidak ikut serta
dalam siskamling bersama.
·
Penyimpangan
sekunder(secondary deviation)
merupakan pengulangan
dari perilaku sebelumnya. Jadi perilaku menyimpang itu telah berulang-ulang
dilakukan seseorang. Contoh seseorang yang berulang-ulang mencuri. Masyarakat
umumnya tidak bisa menerima secara sosial mereka yang melakukan perilaku
menyimpang sekunder.
b. Perilaku
menyimpang berdasarkan efek/dampak
·
Perilaku menyimpang
positif
Perilaku menyimpang
yang terjadi memiliki dampak positif. Biasanya penyimpangan ini merupakan
sebuah inovasi yang memberikan perbaikan mutu kehidupan masyarakat. contohnya
emansipasi wanita oleh R.A. Kartini
·
Perilaku menyimpang
negatif
Perilaku menyimpang
yang memiliki dampak buruk terhadap kehidupan masyarakat. contohnya penggunaan
narkoba.
c. Perilaku
menyimpang berdasarkan bentuknya
·
Perilaku menyimpang
yang bukan merupakan kejahatan
Contoh orang tua yang
masih suka main kelereng.
·
Perilaku menyimpang
yang merupakan kejahatan
Contoh yang melangar
nilai dan norma yang dikenakan sanksi pidana seperti pencuri, penyiksaan.
·
Kenakalan remaja
Adalah perilaku
menyimpang yangdilakukan oleh kaum pelajar contoh tawuran, mengunakan
obat-obatan terlarang.
2. Berbagai
teori tentang perilaku menyimpang
a. Teori
biologis (caesare lombroso)
Lombroso menyatakan,
bahwa pelaku kejahatan umumnya memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda bila
dibandingkan dengan orang kebanyakan. Lombroso mengatakan bahwa pelaku
kejahatan umumnya memiliki ciri fisik raut muka murung, rahang dan tulang pipih
menonjol, dan daun telinga menonjol keluar.
b. Teori
labeling
Bagi Erving Goffman,
perilaku menyimpang terjadi karena adanya stigma, stigma adalah penamaan yang
sangat negatif kepada seseorang atau kelompok sehinga mampu mengubah secara
radikal konsep diri dan identitas sosial mereka.
c. Teori
sosialisasi
Menurut Albert Bandura
dan richard H. Walters, anak-anak belajar perilaku menyimpang dengan mengamati
dan meniru orang lain yang memiliki perilaku menyimpang. Khususnya mereka
mengamati dan meniru orang yang dekat dengannya.
d. Teori
konflik
Menurut teori ini
perilaku menyimpang merupakan akibat dari ketidak samaan dalam masyarakat.
teori ini menekankan bahwa seseorang atau perbuatan yang disebut perilaku
menyimpang tergantung pada kekuasaan relatif dari kelompok masyarakat.
3. Lembaga
pengendalian sosial
Menurut Joseph S.
Roucek, Lembaga pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang
direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak bahkan memaksa
warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang
berlaku.
a. Cara
pengendalian sosial
· Cara
persuasif
Cara persuasif
merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada
tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bersedia
bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Contoh seorang guru BP menegur dan
menasihati seorang siswa yang tertangkap basah merokok disekolah.
· Cara
koersif
Cara koersif
pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang
sifatnya memaksa warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma
yang berlaku.
b. Sifat
pengendalian sosial
· Upaya
preventif
Upaya preventif adalah
berbagai upaya pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
berbagai gangguan terhadap kedamaian dan ketertiban masyarakat. contoh iklan layanan masyarakat yang berisi ajakan
untuk menciptakan pemilu yang damai.
· Upaya
represif
Upaya represif adalah
berbagai upaya pengendalian sosial yang dilakukan untuk mengembalikan kedamaian
dan ketertiban masyarakat yang pernah ternganggu. Contoh penjatuhan pidana
penjara kepada pelaku korupsi.
c. Jenis-jenis
lembaga pengendalian sosial
· Teguran
Teguran adalah
peringatan yang dilakukan oleh satu pihak kepada pihak lain. Tegurang bisa
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Teguran bisa dilakukan secara lisan
atau tertulis.
· Hukuman
atau sanksi
Hukuman atau sanksi
adalah perlakuan tertentu yang sifatnya menimbulkan penderitaan, yang diberikan
kepada pihak pelaku menyimpang. Hukuman
diberikan sebanding dengan kualitas penyimpangan yang dilakukan.
· Pendidikan
Pendidikan merupakan
pengendalian sosial yang sangat penting. Karena melalui pendidikan seseorang
menjadi tahu, memahami. Dan bersediah mengikuti segala norma yang berlaku dalam
masyarakat.
· Agama
Agama memberikan
pedoman hidup. Baik dalam berhubungan dengan tuhan, sesama dan dengan alam
d. Lembaga sosial pelaksana pengendalian sosial
· Kepolisian
Tugas utama polisi
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai
penegak hukum, serta meningkatkan tertib hukum
2. Sebagai
pengayom, memberikan pelindungan dan pelayanan kepada masyarakat.
3. Membimbing
masyarakat demi terciptannya kondisi yang menunjukan terselengaranya usaha dan
kegiatan mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
· Peradilan
Lembaga
peradilan berfungsi memberikan keputusan hukum kepada warga masyarakat yang
melakukan pelanggaran terhadap norma-norma hukum.
· Adat-istiadat
Adat istiadat adalah
lembaga sosial yang ada di masyarakat yang masih memengang teguh tradisi, warga
masyarakat yang melangar adat-istiadat akan mendapatkan hukuman atau sanksi.
· Tokoh
masyarakat
Tokoh masyarakata
adalah individu-individu yang dianggap memiliki pengaruh atau wibawa tertentu
oleh masyarakat lainnya.
F.
Sosiologi
Dan Kehidupan Bermasyarkat
1. Sosiologi
dan masalah-masalah sosial
a. Masalah-masalah
sosial
Masalah sosial adalah
ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan pokok dari warga kelompok sosial tersebut sehingga
menyebabkan rusaknya ikatan sosial(Gillin dan Gillin, dalam soekanto, 2002)
Fenomena sosial disebut
sebagai masalah sosial karena hal-hal berikut:
·
Masyarakat menganggap
bahwa satu gejala sosial merupakan masalah sosial.
·
Banyak warga mayarakat
yang menaruh perhatian terhadap fenomena sosial tersebut.
Di
dalam sosiologi dikenal dengan istilah masalah sosial manifes dan masalah
sosial laten. Masalah sosial manifes adalah maslah sosial yang nyata-nyata
diakui oleh masyarakat sebagai masalah sosial. Sedangkan masalah sosial laten
adalah masalah sosial yang tidak diakui sebagai masalah sosial oleh masyarakat.
b. Manfaat
sosiologi
Sosiologi atau
perspektif sosiologi bermanfaat untuk memahami dan mencari solusi atas masalah
sosial. Contohnya maslah kemiskinan, menurut prespektif sosiologi masalah kemiskinan bisa terjadi dapat
ditinjau dari beberapa teori sebagai berikut:
·
Teori
fungsional-struktural, menurut teori fungsional struktural ada dua sebab
terjadinya kemiskinan. Pertama,
seseorang menjadi miskin karena ia gagal menyesuaikan diri dengan struktur
sosial yang ada. Ia dipandang tidak menjalankan fungsinya secara baik, yaitu
tidak bekerja optimal. Dengan kata lain seseorang miskin karena ia malas
bekerja. Dan yang kedua seseorang
miskin karena nilai-nilai kehidupan yang dianutnya tidak mendukungnya untuk
menjadi pekerja keras, dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena
kesalah orang itu sendiri.
·
Teori konflik sosial, seseorang itu miskin bukan karena ia
tidak bisa menyesuaikan diri dengan struktur sosial yang ada. Juga bukan kareana
ia tidak memiliki nilai-nilai yang mendukung sebagai seseorang pekerja keras. Melainkan, seseorang menjadi
miskin karena struktur sosial yang ada tidak adil. Jadi seseorang miskin karena
struktur sosial yang mengondisikan demikian.
2. Sosiologi
dan pembangunan masyarakat.
a. Pembangunan
masyarakat adalah industrialisasi, yang merupakan proses dinamis dan inovatif
yang bersumber dari alokasi informasi teknologi baru dan modernisasi
berkelanjutan yang terjadi setelah adanya industrialisasi (David E. Apter).
b. Suatu
proses malalui usaha atau prakarsa masyarakat sendiri maupun kegiatan
pemerintahan dalam rangka memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan budaya(PBB).
Dari
berbagai defenisi yang ada, dapat diketahui bahwa inti dari pembangunan adalah
proses perubahan masyarakat. perubahan masyarakat bisa bergerak ke arah yang
kurang baik(negatif) bisa pula merupakan perubahan ke arah lebih baik
(positif).
3. Peran
sosiologi dalam pembangunan
Sosiologi berperan sebagai menyediakan “peta”untum
memahami proses pembangunan. “peta” tersebut adalah berbagai pendangan teoritis
mengenai pembanguna, beberapa teoritis itu meliputi (Budiman 2000)
a. Teori
modernisasi
Menurut teori
modernisasi masalah pembangunan terjadi akibat adanya faktor-faktor internal
dalam masyarakat. karena itu cara melakukan pembanguan adalah bagaimana
menumbuh-kembangkan faktor-faktor internal.
b. Teori
ketergantungan
Menurut teori
ketergantunga, hambatan pembanguna bukan berasal dari faktor-faktor internal,
sebagaimana pendapat teori modernisasi. Melainkan, terjadinya akibat adanya faktor-faktor eksternal
masyarakat. faktor eksternal itu terutama adalah pembagian kerja internasional
yang tidak adil.
c. Teori
pascaketergantungan
Teori ini merupakan
respons/ kritik terhadap teori ketergantungan.
Menurut teori ini, proses pembangunan di berbagai negara dunia tidak
bisa dianalisis secara sendiri-sendiri malainkan harus dilihat dalam
keseluruhannya sebagai sebuah totalitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar